BAB I
ANGIN
Tak Terbak, Prestasi Pun Melonjak
Angin
adalah sebuaih elemen alam yang tidak terdefenisi karakternya jarena dia
sejatinya tidak memiliki watak yang ajeg. Atau, kalau kita masih mau mencoba mengklasifisikasikan
itu sendirilah yang menjadi sifatnya. Coba renungkan saja, angin dapat
berhembus semilir menyejukan hawa dan mendinginkan hati, tapi bisa mndadak berubah kencang membuyarkan
benda-benda. Angin pun dapat menggerakan kincir air, jugaj dapat menjadi sumber
energi pembangkit listrik.
Karena
itu, sifat tak terdugalah yang menjadi kelebihan angin. Makanya, orang yan
mood-nya berganti-ganti sering disebut “angin-anginan”. Angin bagaikan suhu
dewa mabuk yang jurus-jurusnya liar penuh kejutan dan mengagetkan lawan. Dalam
teori pemasaran, inilah yang disebutkan oleh Thomas Bonoma, artinya jurus-jurus pemasaran pendobrak dan radikal
yang memang penuh kelokan
Sepengamatan
Bonoma, kesuksesan tergantung pada keberadaan marketing subvervive di dalam perusahaan, yaitu mereka yang
membongkar stuktur organisasi untuk menerapkan praktik-praktik pemasaran baru.
Dengan berimprovisasi liar berdasarkan keahlian tradisional-interaksi, pengalokasian
sumber daya, pemantauan, dan pengelolaan-mereka kerap mengambil resiko untuk
mrmperkenalkan praktik-praktik tak lazim. Makanya pengelolaan kejutan-kejutan
dengan baiklah yang sebenarnya akan menghasilkan letupan-letupan prestasi yang
tak berkesudahan. Bagi Bonama, ada dua resep utama pengelolaan untuk
melanggengkan praktik marketing
subversies, yaitu mendorong rasa tidak puas dan mencari role models atau anutan
Tengok
saja Richarad Branson, sang CEO nan eksentrik dari virgin group. Sangking
eksentriknya, Branson yang bergaya ugal-ugalan ini bahkan dijuluki Rebel Billionarie karena pemikirannya
yang tak terduga, liar, penuh tikungan, tapi dahsyat bukan main . salah satu
contoh keliaranya adalah ketika ia mendobrak pakaem bahwa suatu Brand kuat dalam satu produk tertrntu
seyogyanya tidak melakukan brand
extension dengan mengusung nama brand
yang sama.
Faktor
apa sebenarnya yang membuat elemen angin yang dikerahkan Branson ini sukses?
Kuncinya adalah konsisten dengan sifat
angin itu.
GURUN PASIR
Zona Keseimbangan Penggodok Perubahan
Pesona
gurun pasir berasal dari berkumpulnya elemen-elemen yang saling bertentangan
dalam diri gurun pasir. Sebagai contoh, pada siang hari gurun pasir terik luar
biasa, sementara di malam hari dingin penusuk tulang yang menggantikan .
kontras lain, gurun pasir identi dengan kegersangan tanpa air di satu sisi,
padahal di sisi lain ia menyajkan pula tanaman kaktus yang menyimpan cairan
berlimpah-ruah.
Dalam
bahasa kerenya gurun pasir adalah semacam tempat yin dan yang berkumpul
dimana terdapat elemen-elemen yang saling menetralkan sehingga terdapat
keseimbangan atau titik nol. Dalam istilah manajemen, inilah yang disebut
William Bridge dan Susan Mitchell dalam “Memimpin Transisi: Model Baru untuk
Perubahan” sebagai zona netral, yang
memang mereka sinonimkan dengan gurun pasir. Menurut Bridge dan Mitchell, fase
transisi ala gurun adaah zona netral tempat
tiadanya kepastian dan berkumpulnya kebingungan yang sangat menguras energi.
Zona netral tidak nyaman sehingga orang ingin keluar dari situ. Sebagian orang
mencoba maju dengan tergesa-gesa ke dalam situasi baru, sementara yang lain
berusaha mundur ke masa lalu. Bagaimana pun juga, waktu di zona netral ini
tidak sia-sia karena di situlah kreativitas dan energi transisi ditemukan dan
tranformasi yang sesungguhya terjadi.
Untuk
melalui zona netral gurun pasir ini, terdapat tujuh langkah panduan:
§ Memperbesar
tulah, kutukan, atau tekanan
§ Menandai
akhir
§ Menghadapi
desas-desus
§ Memberi
rakyat akses kepada pembuat keputusan
§ Memanfaatkan
peluang kretif yng disediakan zona netral
§ Menolak
desakan untuk maju dengan tergesa-gesa
§ Memehami
bahwa kepemimpinan zona netral adalah istimewa.
API
Motivasi Pemantik Aksi
Berbicara
soal motivasi yang diumpamakan sebagai api yang perlu dipantik, Theresa Amabile
dalam artikel klasiknya, “How to Kill
Creativity” mengulik tentang ini dalam teorinya yang ia beri nama Intrinsic Motivation Principle of
Creativity. Dalam teori ini, Amabile mengemukakan bahwa kreativitas terdiri
dari tiga unsur, yaitu berfikir secara imajnatif,
keahlian dan motivasi.
Amabile
menjekaskan bahwa pemikiran kreatif merujuk pada
cara orang menghampiri masalah dan mencetuskan solusi, yakni kemeampuan
menyatukn ide-ide yang ada kedalam kombinasi baru. Pemikiran pada kepribadian,
pola pikir, dan pola kerja seseorang. Keahlian
adalah segala sesuatu yang anda ketahui dan bisa anda lakukan dalam cakupan
wilayah kerja anda. Sementara itu, apbila kedua elemen kretivitas diatas
hanyalah sumber daya internal yang dimiliki seseorang, maka motivasi merupakan
elemen terakhir yang sebenarnya menjadi penentu apakah orang itu akan bertindak
ataukah hanya berpangku tangan. Oleh sebab itu, bisa saja kejadian seseorang
memiliki segudang pemikiran kreatif dan keahlian untuk menerapkannya dalam
tindakan tapi tidak bisa mewujudkannya karena ia kekurangan aau tidak memiliki
motivasi sama sekali.
Amabile
melanjutkan motivasi terbagi menjadi ekstrinsik
dan intrinsik, yang mana hal
terakhirlah yang dianggap lebih penting dalam kretivitas. Motivasi ekstrinsik
adalah motivasi yang berasal dari luar diri seseorang, misalnya, taakut akan
hukum atau ingin mendapatkan penghargaan. Akan tetapi, motivasi ini tidak
berhasil jika karyawan atau bawahan tidak merasakan gairah dan minat besar pada
pekerjaan mereka. Oleh sebab itu, gairah dan minat-hasrat internal seseorang
untuk melakukan sesuatu-merupakan inti dari motivasi intrinsik. Keduanya harus
benar-benar diutamakan dalam kegiatan kreatif.
Membahas
ulang penelitian Amabile dalam bahasa yang lebih sederhana, sesorang akan lebih
kreatif tatkala ia merasa termotivasi oleh minat, kepuasan, dan tantangan dari
kerja itu sendiri dari pada oleh tekanan eksternal. Karenanya, Anda ingin
berinovasi harus terbakar oleh api minat dan gairah yang bear terhadap bidang
yang ingin anda geluti. Dengan begitu, kemungkinan annda menelurkan varian
pemasaran, proses, atau pelayanan. Jadi, kata kunci bagi motivasi adalah bara gairah dan hasrat.
GUNUNG
Pengantar Hati, Pencetus Revolusi
Apa
yang patut diikuti dari gunung ? Kevin Roberts dalam bukunya yang berjudul Lovemarks:the future Beyond Brands, memberikan
jawabanya. Dalam bukunya itu Roberts Mengemukakan bahwa untuk bisa memahami
pelanggan, perusahaan atau pemasar harus rela “Naik Gunung” (climb the
mountain). Maksudnya, kalau kita hanya melihat bisnis kita dari kegagalan bagi
orang yang memiliki motivasi interinsik tidak membuatnya menjadi berputus asa.
Kegagalan justru laksana vitamin yang akan membuatnya menjadi lebih kuat, lebih
bertenaga dan lebih termotivasi lagi untuk meraih kesuksesan.
Perlunya
Big Picture ini penting terutama jika
terkait dengan sifat gunung berjenis lain, yaitu gunung aktif. Jenis gunung
semacam ini mengundang rasa kagum sekaligus cemas bagi masyarakat, apalagi
komunitas setempat. Kalau gunung merapi meletus hebat, niscaya akan terjadi
dapak yang cukup luas . Namun dampak luas menggetarkan ini jangan sekedar
dipersepsikan negative. Sebenarnya, dalam contoh kasus, letusan gunung berapi
malah mengobarkan perubahan alias mencetuskan revolusi. Maka dari itu, kembali
menjejak dunia manajemen, gunung dalam bahasa garangnya adalah perlambangan
revolusi. Apabila dikawinkan dengan pendapat Roberts akan perlunya perusahaan
mendapatkan Big Picture, kita bisa
mengatakan bahwa Perusahaan dan institusi
yang ingin mencetuskan revolusi ala gunung dalam kinerja haruslah menetapkan
visi besar terlebih dahulu.
Pelajaran
Manajemen Dari Gunung
1. Gunung
mengajarkan pentingnya mendapatkan gambaran umum komprehensif atau medan umum
persaingan pasar (Big picture)
sebelum langkah-langkah kongkret.
2. Gunung
juga mewejangkan bahwa jika ingin sukses, janganlah setengah-setengah. Fokus
dan tekunin betul bisnis atau pekerjaan kita serta tangkap peluang yang ada
dengan sebaik mungkin. Jadilah yang terbaik dibidang yang kita geluti. Inilah
yang dikatakan Hermawan Kartajaya sebagai “eat,
sleep and with your business”.
3. Gunung
sekaligus perlambang revolusi. Revolusi dalam tubuh organisasi haruslah diawali
dari penentuan visi besar terlebih dahulu. Visi besar itu umumnya terbagi
menjadi visi jangka pendek yang melibatkan Shock
therapy; Visi jangka panjang menengah; dan visi jangka panjang.
LEMBAH
Mengubah Kelembahan Menjadi Kekuatan
Dibandingkan
puncak gunung, lembah jelas kurang seksi. Lembah yang letaknya ada di bawah
kerap menjadi ibarat bagi nasib mengenaskan, seperti terungkap dalam kalimat
“terpuruk dalam lembah kenistaan atau lembah kesengsara”.
Ada
dua kata kunci dalam penanggulangan: Penghematan
tapi sekaligus juga tindakan
penanggulangan. Ini Memberikan pelajaran bahwa apabila anda merasa sebagai
pihak yang memiliki banyak kekurangan dan kelemahan dan merasa sedang berada di
posisi bawah di dalam lembah, janganlah gundah. Justru kelemahan itulah yang
dapat menjadi tambang potensional bagi anda untuk meraih kekuatan. Jadi, apakah Anda sudah siap
mengantisipasi dan bangkit kembali dari situasi lembah?
Pelajaran Manajemen Dari lembah
·
Lembah mewakili
titik-titik nadir di dalam kehidupan. Namun, hikmah penting dari lembah adalah
bahwa kelemahan itu sebenarnya bisa di ubah menjadi kekuatan.
·
Mekanisme
penanggulangan situasi ala lembah dapat di teladani. Dengan kata lain,
melakukan penghematan tapi sekaligus
juga tindakan penanggulangan.
·
Untuk mengubah
kelemahan menjadi kekuatan, kondisi jatuhnya menjadi kondisi memantul, ada
sejumlah langkah yang bisa di lakukan
1. Menerima
kondisi memantul
2. Mengelola
kegelisahan
3. Mengelola
faktor-faktor mental
4. Mengelola
uang
5. Mengelola
misi
6. Mengelola
moral atau semangat tim
GUA
Nilai Luhur Modal Usaha Makmur
Sering
Melihat wayang, ya kadang tokoh-tokoh pada wayang itu sering bertapa di Gua
untuk mendapatkan pusaka, dalam dunia nyata bisa bisa di ambil sisi
manajemennya.
Gua
adalah wadah untuk menggali nilai-nilai mulia demi mendapatkan kepenuhan hidup
di dunia.
Jadi,
Apabila gua merupakan perlambangan bagi nilai-nilai luhur bagi manusia, maka
dalam bahasa manajemen inilah yang di sebut Leonard L. Berry dalam artikelnya
untuk the Drucker’s Foundation “kedermawanan Strategis” sebagai values-driven leadership alias
kepemimpinan yang di gerakan nilai-nilai. Menurut Berry, kepemimpinan semacam
ini terdiri dari sejumlah nilai luhur-dalam bahasa kami, nilai luhur ala
gua-sebagai berikut:
1. Keunggulan:
Menekankan standar tinggi di dalam organisasi.
2. Inovasi:
Mengubah status quo menjadi lebih baik.
3. Kegembiraan:
Mengangkat semangat manusiawi.
4. Kerja
sama tim: secara bersama-sama menyatukan sumberdaya kedalam satu tujuan
bersama.
5. Rasa
hormat: Menanamkan martabat dan harga diri bagi pelanggan dan orang-orang yang
melayani mereka.
6. Integrasi:
Bersaing berdasarkan kejujuran dan aturan main.
7. Manfaat
sosial: Menciptakan manfaat bagi masyarakat banyak di luar pemasaran barang dan
jasa menciptakan lapangan kerja.
Pelajaran Manajemen dari Gua
·
Gua adalah symbol bagi
nilai-nilai luhur dan etis yang ternyata bsia juga menjadi senjata ampuh dalam
dunia berbisnis dan manajemen.
·
Dalam Teori
kepemimpinan, nilai gua ini mewujud dalam bentuk values-driven leadership yang memang terdiri dari nilai-nilai
sebagai berikut:
Keunggulan
1.
Inovasi
2.
Kegembiraan
3.
Kerja sama tim
4.
Rasa Hormat
5.
Integrasi
6.
Manfaat sosial
HUTAN
Belantara Misteri Penggoda Hati
Hutan
barangkali merupakan salah satu kreasi alam yang paling mengundang perasaan
kontradiktif dalam diri mausia. Betapa
tidak! Di satu sisi kita terpesona oleh keindahan alam yang ditawarkan hutan: keragaman
makhluk hidup, udara segar, kesunyian, dan sebagainya. Sisi indah dari hutan ini
seakan menggetarkan. Kadang-kadang
,saking seramnya suasana yang melputi hutan ,tempat ini disamakan sebagai
sarang para jin dan lelembut.Suara binatang sedikit saja sedikit dihutan,entah
itu burung hantu atau lebih-lebih serigala, sudah cukup membuat manusia
keder dan kalang kabut. Karena
itu kia mencintai hutan sekaligus juga menyayanginya. Singkat kata hutan adalah
belantara yang dilindungi dengan kabut misteri.
Namun
dalam bisnis dan manajemen,hutan menempati posisi sebagai metafora yang penuh
keampuhan.Menurut Kevin Roberts dari Saatchi & Saatchi pada Lovemaks: The
Future Beyind Brands,calon perusahaan atau merek unggul harus rela “masuk
hutan” (go to the jungle),tang melambangkan detail dan bolume pasar yang
besar.Maksudnya , kita harus mendalami pasar
sasaran secara lebih detail.
Makanya
kata kunci dari teori “hutan” ini seabetulnya sederhana: memahami kebutuhan
masyarakat,terutama masyarakat bawah,yaitu masyarakat massa yang disebut C.K
Prahalad sebagai the bottom of pyramids.Sepengamatan
Prahalad, the bottom of pyramids memang
tidak ounya daya beli yang besar rakibat strata ekonominya yang lemah.Akan
tetapi, karena jumlah merekan yang banyak, daya beli mereka pun secara
signifikan akan terakumulasi untuk menguntungkan pemasar atai perusahaan.
Contoh
dari kasus Sosro, yang terkenal merk The botol-nya. Keluarga sosro terkenal
pelit berbicara kepada media, baik mengenai profil maupu soal strategi bisnis
mereka. Namun, arura misterius ini suliut bagi kompetititor untuk mengetahui
titik lemah dan kuatnya Sosro. Akibatnya Sosro selalu selangkah didepan dalam
kancah persaingan dan terus Berjaya menjadi merek the kemasan botol teratas si
negeri ini, tak tergoyahkan oleh raksasa global seperti Coca-Cola dan
Frestea-nya.
Jelaslah
sudah bahwa hutan menyimpan kekuatan yang patut diteladani.Akan tetapi, akan
tetapi itu buan terletak pada hal gaib terkait dengan jin,siluman,dan hal
lainnya. Sisi positif hutan adalah membuat orang penasaran serta selalu
tercengang dengan kejutan yang dipertontonkannya, sebagaimana dilakuakan oleh Sosro.
POHON
Pemberi Keteduhan Penaung Kehidupan
“Tanamlah
pohon.” Seruan ini santer terdengarbelakangan di tengah krisis lingkungan yang
dahsyat dan intensifnya kampanye penyadaran akan pentingnya penghijauan.
Menanam phon dianggap sebagai menyemai bibit-biit awal restorasi alias pemuliha
keseimbangan dimuka bumi demi menyelamatkan umat manusia dari berbagai bahaya
terkait iklim: banjir,pemanasan global,polusi,dan lain sebagainya, Maka dari
itu, pohon adalah perlambang kehidupan dan juga keteduhan.
Hebatnya,
pertanda ini juga tampaknya begitu selaras dengan keterpesonaan David
Cooperrider dan Suresh Srivasta-penggagas konsep manajemen perubahan appreciative
inquiry-terhadap pohon. Dalam artikel ilmiah mereka,”Picturing the Core as Tree of Life”, kedua penulis dengan detail
menguraikan komponen pohon dan kaitannya dengan manajemen perubahan. Mereka
mengatakan pohon terdiri dari berbagai komponen utama dan pedukung berupatanah,
akar , batangpohon, ranting, kelopak, dan cahaya. Lebih jauh lagi, bagi
mereka tanah melambangan kualitas-kualitas yang mendukung dan memupuk. Akar
memiliki aset histori,nilai,dan keyakinan. Batang pohon mempresentasikan
rancangan organisasi,struktur,dan proses. Cabang adalah kualitas kepemimpinan,
hubungan dan aliansi. Daun adalah praktik terbaik . kelopak adalah kemungkinan
baru dari inovasi,sementara cahaya adalah sumber energi, harapan dan
keberanian.
Kita
tentu hafal dengan pepatah “buah jatuh
tak jauh dar pohonnya”. Artinya kira-kira anak adalah cerminan pola asuh
keluarganya. Karena itu,menarik apabila kita kaji resep beberapa keluarga
sukses di negeri ini.
Swa dalam
edisi khususnya Mengungkapkan Perjalanan
Sukses (22 Januari-4 Februari 2009) mengemukakan betapa Indonesia mempunyai
begitu banyak keluarga sukses dalam,artian satu keluarga yang keturunannya
rata-rata menuai sukses yang tak main-main di tingkatnya. Sebut saja keluarga
Firmansyah dan keluarga Hasniar yang menurunkan trio maut Erry Firmansyah
(mantan Dirut BEI/Bursa Efek Indonesia), Rinaldi Firmansyah (Dirut Utama
PT.Telkom), dan Evi FIrmansyah (Wakil Dirut Utama Bang Tabungan Negara).
Adalagi
keluarga Soemarno,yang anak-anaknya adalah Ari H.Soemarno (mantan Dirut
Pertamina), Rini SOemarno (mantan Menteri Perdagangan dan mantan Dirut Astra
Internasional), dan Ongkie Soemarno (pengusaha sukses). Dan masih banyak lagi
keluarga-keluarga sukses lainnya si negeri ini.
Bagaimana
bias satu keluarga mampu mengantar semua keluarganya menuju gerbang kesuksesan?
Jawabannya ternyata tak jauh-jau dari karakter pohon yang sudah diuraikan
panjang lebar diatas. Sebagaimana disibak
Swa,resep-resep umum keberhasilan para dinasti sukses itu membentuk daftar
yang cukup panjang berupa memberikan
kesempatan kepada anak untuk berkembang sesuai dengan minat dan bakat,
menciptakan anak merasa riang dan nyaman dalam pengembangan diri, menanamkan
nilai-nilai positif dasar (kerja keras,disipllin,sadar waktu,dan lain
sebagainya), menumbuhkan keterampilan social dan berorganisasi, mendorong
semangat berkompetisi dan berprestasi, membiasakan anak berjuang sebelum
meminta sesuatu, dan melatih anak dengan member mereka lebih banyak tanggung
jawab.
Betapa
selaras pakem ini selaras dengan watak pohon. Menciptakan lingkungan kondusif
adalah ibarat tanah. Penanaman nilai dasar sama dengan akar. Pemupukan
keterampilan sosial dan berorganisasi adalah seperti batang pohon dan
cabangnya. Semangat berpartisipasi setali tiga uang dengan daun dan kelopak,
yang melambangkan prestasi terbaik dan kemungkinan inovasi, sementara melatih
anak dengan pemberian lebih banyak tanggung jawab bagaikan memberikan cahaya
bagi anak untuk menyongsong masa depan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar