Pengertian
Kepemimpinan
Kepemimpinan merupakan
suatu proses mempengaruhi atau
memberi contoh oleh pemimpin kepada pengikutnya dalam upaya
mencapai tujuan tertentu. Cara alamiah
mempelajari kepemimpinan yaitu "melakukannya dalam kerja" dengan
praktik seperti pemagangan pada seorang seniman ahli, pengrajin, atau praktisi.
Dalam kaitan ini sang ahli
diharapkan sebagai bagian dari peranya memberikan pengajaran/instruksi.
Ciri-Ciri Seorang Pemimpin
Kebanyakan orang cenderung mengatakan bahwa pemimipin yang efektif mempunyai sifat atau ciri-ciri tertentu yang
sangat penting misalnya, kharisma, pandangan ke depan, daya persuasi, serta intensitas.
Memang, apabila kita berpikir tentang pemimpin yang heroik seperti
Napoleon, Washington, Lincoln, Churcill, Sukarno, Jenderal Sudirman, dan
sebagainya. Sifat-sifat
seperti itu melekat pada diri mereka dan telah mereka manfaatkan untuk mencapai
tujuan yang mereka inginkan.
Hakikat
Kepemimpinan
Dalam kehidupan sehari-hari, baik di lingkungan keluarga, organisasi,
perusahaan sampai dengan pemerintahan sering kita dengar sebutan pemimpin,
kepemimpinan serta kekuasaan. Ketiganya memang memiliki hubungan yang berkaitan
satu dengan lainnya.
Berikut adalah beberapa pandapat ahli tentang
Pemimpin, diantaranya :
1.
Menurut Drs. H.
Malayu S.P. Hasibuan.
Pemimpin merupakan seseorang dengan wewenang kepemimpinannya yang mengarahkan
bawahannya untuk mengerjakan sebagian dari pekerjaannya dalam mencapai tujuan
yang dikenendaki.
2.
Menurut Robert
Tanembaum.
Pemimpin merupakan mereka yang menggunakan wewenang formal untuk
mengorganisasikan, mengarahkan, mengontrol para bawahan yang bertanggung jawab,
agar semua bagian pekerjaan dikoordinasi demi mencapai tujuan perusahaan.
3.
Menurut Prof.
Maccoby.
Pemimpin haruslah seorang yang mampu menumbuhkan dan mengembangkan segala
yang terbaik dalam diri para bawahannya. Pemimpin yang baik untuk masa kini
adalah orang yang religius, dalam pengertian dapat menerima kepercayaan etnis
dan moral dari berbagai agama secara kumulatif, kendatipun ia sendiri mungkin
menolak ketentuan gaib dan ide ketuhanan yang berlainan.
4.
Menurut Lao Tzu.
Pemimpin yang baik merupakan seorang yang membantu mengembangkan orang
lain, sehingga akhirnya mereka tidak lagi memerlukan pemimpinnya itu.
5.
Menurut Davis
and Filley, Pemimpin adalah seseorang yang menduduki suatu posisi
manajemen atau seseorang yang melakukan suatu pekerjaan memimpin.
6.
Menurut Pancasila.
Pemimpin harus bersikap sebagai pengasuh yang mendorong, menuntun, dan
membimbing asuhannya. Dengan kata lain, beberapa asas utama dari kepemimpinan
Pancasila adalah :
a.
Ing Ngarsa Sung
Tuladha
Artinya Pemimpin
harus mampu dengan sifat dan perbuatannya menjadikan dirinya pola panutan dan
panutan bagi orang-orang yang dipimpinnya.
b.
Ing Madya Mangun
Karsa
Artinya yaitu
Pemimpin harus mampu membangkitkan semangat berswakarsa serta berkreasi pada
orang-orang yang dibimbingnya.
c.
Tut Wuri Handayani.
Pemimpin harus
mampu mendorong orang-orang yang diasuhnya berani berjalan di depan dan sanggup
bertanggung jawab.
Seorang pemimpin boleh berprestasi tinggi
untuk dirinya sendiri, tetapi itu tidak memadai apabila ia tidak berhasil
menumbuhkan serta mengembangkan semua yang terbaik dalam diri para bawahannya. Secara
garis besar Pemimpin dapat diartikan sebagai orang yang mendapat amanah serta
memiliki sifat, sikap, dan gaya yang baik untuk mengurus atau mengatur orang
lain.
Fungsi pemimpin dalam suatu organisasi merupakan sesuatu fungsi yang sangat
penting bagi keberadaan dan kemajuan organisasi yang bersangkutan.
Pada dasarnya fungsi kepemimpinan memiliki 2 aspek yaitu :
1.
Fungsi
administrasi.
Yaitu mengadakan
formulasi kebijaksanakan administrasi dan menyediakan fasilitasnya.
2.
Fungsi sebagai Top
Manajemen.
Yaitu mengadakan
planning, organizing, staffing, directing, commanding, controling, dsb.
Teori Kepemimpinan
Seorang pemimpin harus mengerti tentang teori kepemimpinan agar nantinya
mempunyai referensi dalam menjalankan sebuah organisasi. Beberapa teori tentang
kepemimpinan antara lain :
a.
Teori Kepemimpinan
Sifat ( Trait Theory ).
Analisis ilmiah
tentang kepemimpinan berangkat dari pemusatan perhatian pemimpin itu sendiri.
Teori sifat berkembang pertama kali di Yunani Kuno dan Romawi yang beranggapan
bahwa pemimpin itu dilahirkan, bukan diciptakan yang kemudian teori ini dikenal
dengan ”The Greatma Theory”. Dalam perkembanganya, teori ini mendapat pengaruh
dari aliran perilaku pemikir psikologi yang berpandangan bahwa sifat-sifat
kepemimpinan tidak seluruhnya dilahirkan akan tetapi juga dapat dicapai melalui
pendidikan dan pengalaman. Sifat-sifat itu antara lain: sifat fisik, mental,
dan kepribadian.
b.
Keith Devis mendefinisikan
4 sifat umum yang berpengaruh terhadap keber-hasilan kepemimpinan organisasi, yaitu
:
a.
Kecerdasan
Berdasarkan hasil penelitian, pemimpin
yang mempunyai kecerdasan yang tinggi di atas kecerdasan rata-rata dari
pengikutnya akan mempunyai kesempatan berhasil yang lebih tinggi pula. Karena
pemimpin pada umumnya memiliki tingkat kecerdasan yang lebih tinggi
dibandingkan dengan pengikutnya.
b.
Kedewasaan dan
Keluasan Hubungan Sosial
Umumnya di dalam melakukan interaksi
sosial dengan lingkungan internal maupun eksternal, seorang pemimpin yang
berhasil mempunyai emosi yang matang dan stabil. Hal tersebut membuat pemimpin
tidak mudah panik dan goyah dalam mempertahankan pendirian yang diyakini kebenarannya.
c.
Motivasi Diri dan
Dorongan Berprestasi
Seorang pemimpin
yang berhasil umumnya memiliki motivasi diri yang tinggi serta dorongan untuk
berprestasi. Dorongan yang kuat ini kemudian tercermin pada kinerja yang optimal,
efektif dan efisien.
d.
Sikap Hubungan
Kemanusiaan
Adanya pengakuan
terhadap harga diri dan kehormatan sehingga para pengikutnya mampu berpihak
kepadanya
c.
Teori Kepemimpinan
Perilaku dan Situasi
Berdasarkan
penelitian, perilaku seorang pemimpin yang mendasarkan teori ini memiliki
kecendrungan kearah 2 hal, yaitu:
1.
Pertama yang
disebut dengan Konsiderasi yaitu kecendrungan seorang pemimpin yang
menggambarkan hubungan akrab dengan bawahan. Contoh gejala yang ada dalam hal
ini seperti : membela bawahan, memberi masukan kepada bawahan dan bersedia
berkonsultasi dengan bawahan.
2.
Kedua disebut
Struktur Inisiasi yaitu Kecendrungan seorang pemimpin yang memberikan batasan
kepada bawahan. Contoh yang dapat dilihat , bawahan mendapat instruksi dalam
pelaksanaan tugas, kapan, bagaimana pekerjaan dilakukan, dan hasil yang akan
dicapai.
d.
Teori Kewibawaan
Pemimpin
Kewibawaan adalah
faktor penting dalam kehidupan kepemimpinan, karena dengan faktor ini seorang
pemimpin akan dapat mempengaruhi perilaku orang lain baik secara perorangan
maupun kelompok sehingga orang tersebut bersedia untuk melakukan apa yang
dikehendaki oleh pemimpin.
e.
Teori Kepemimpinan
Situasi
Seorang pemimpin
haruslah seorang pendiagnosa yang baik dan harus bersifat fleksibel, sesuai
dengan perkembangan dan tingkat kedewasaan bawahan.
f.
Teori Kelompok
Agar tujuan
kelompok (organisasi) dapat tercapai, harus ada pertukaran yang positif antara
pemimpin dengan pengikutnya.
Dari adanya berbagai teori
kepemimpinan di atas, dapat diketahui bahwa teori kepemimpinan tertentu akan
mempengaruhi gaya kepemimpinan, yakni pemimpin yang menjalankan fungsi
kepemimpinannya dengan segenap filsafat, keterampilan serta sikapnya. Gaya
kepemimpinan merupakan cara seorang pemimpin bersikap, berkomunikasi, dan
berinteraksi dengan orang lain dalam mempengaruhi orang untuk melakukan
sesuatu. Gaya tersebut dapat berbeda-beda berdasar motivasi, kuasa maupun
orientasi terhadap tugas atau orang tertentu. Diantara beberapa gaya
kepemimpinan, terdapat pemimpin yang positif dan negatif. Perbedaan itu
didasarkan pada cara dan upaya mereka memotivasi karyawan. Apabila pendekatan
dalam pemberian motivasi ditekankan pada imbalan atau reward (baik ekonomis
maupun nonekonomis) berarti telah digunakan gaya kepemimpinan yang positif.
Sebaliknya jika pendekatannya menekankan pada hukuman atau punishment, berarti
dia menerapkan gaya kepemimpinan negatif. Pendekatan kedua ini dapat
menghasilakan prestasi yang diterima dalam banyak situasi, tetapi menimbulkan
kerugian manusiawi.
Selain gaya
kepemimpinan di atas terdapat beberapa gaya kepemimpinan, lainnya:
1.
Otokratis
Kepemimpinan ini
menggunakan metode pendekatan kekuasaan dalam mencapai keputusan serta
pengembangan strukturnya. Kekuasaan sangat dominan digunakan. Memusatkan
kekuasaan dan pengambilan keputusan bagi dirinya sendiri, dan menata situasi
kerja yang rumit bagi pegawai sehingga mau melakukan apa saja yang diperintahkan.
Kepemimpinan ini umumnya bersifat negatif, yang berdasarkan atas ancaman dan
hukuman. Meskipun demikian, ada juga beberapa manfaatnya antaranya memungkinkan
pengambilan keputusan dengan cepat serta memungkinkan pendayagunaan pegawai
yang kurang kompeten.
2.
Partisipasif
Lebih banyak
mendesentrelisasikan wewenang yang dimilikinya sehingga keputusan yang diambil
tidak bersifat sepihak.
3.
Demokrasi
Ditandai adanya
suatu struktur yang pengembangannya menggunakan pendekatan pengambilan
keputusan yang kooperatif. Di bawah kepemimpinan pemimpin yang demokrasis
cenderung bermoral tinggi dapat bekerjasama, mengutamakan mutu kerja dan dapat
mengarahkan diri sendiri.
4.
Kendali Bebas
Pemimpin
memberikan kekuasaan penuh terhadap bawahan, struktur organisasi bersifat
longgar dan pemimpin bersifat pasif. Yaitu Pemimpin menghindari kuasa dan
tanggung-jawab, kemudian menggantungkannya kepada kelompok yang baik dalam
menetapkan tujuan dan menanggulangi masalahnya sendiri.
Rahasia utama kepemimpinan adalah
kekuatan terbesar seorang pemimpin bukan dari kekuasaanya, bukan kecerdasannya,
tapi dari kekuatan pribadinya. Maka jika ingin menjadi pemimpin yang
baik jangan pikirkan orang lain, pikirkanlah diri sendiri dulu. Tidak akan bisa
mengubah orang lain dengan efektif sebelum merubah diri sendiri. Bangunan akan
bagus, kokoh, megah, karena ada pondasinya. Maka sibuk memikirkan membangun
umat, membangun masyarakat, merubah dunia akan menjadi omong kosong jika tidak
diawali dengan diri sendiri. Merubah orang lain tanpa merubah diri sendiri
adalah mimpi mengendalikan orang lain tanpa mengendalikan diri.
Karakter Kepemimpinan
Hati Yang Melayani
Kepemimpianan yang melayani dimulai
dari dalam diri. Kepemimpinan menuntut suatu transformasi dari dalam hati dan
perubahan karakter. Kepemimpinan yang melayani dimulai dari dalam, kemudian
bergerak keluar untuk melayani mereka yang dipimpinnya. Disinilah pentingnya
karakter dan integritas seorang pemimpin untuk menjadi pemimpin yang diterima
oleh rakyat yang dipimpinnya.
Menurut Ken Blanchard dan
kawan-kawan, terdapat sejumlah ciri-ciri serta nilai yang muncul dari seorang
pemimpin yang memiliki hati yang melayani, yaitu tujuan utama seorang pemimpin
adalah melayani kepentingan mereka yang dipimpinnya. Orientasinya adalah bukan
untuk kepentingan diri pribadi maupun golongan tapi justru kepentingan publik
yang dipimpinnya.
Seorang
pemimpin memiliki kerinduan untuk membangun dan mengembangkan mereka yang
dipimpinnya sehingga tumbuh banyak pemimpin dalam kelomponya. Hal ini sejalan dengan buku yang
ditulis oleh John Maxwell berjudul "Developing the Leaders Around You".
Keberhasilan seorang pemimpin sangat tergantung dari kemampuannya untuk
membangun orang-orang di sekitarnya,
karena keberhasilan sebuah organisasi sangat tergantung pada potensi sumber
daya manusia dalam organisasi tersebut. Jika sebuah organisasi atau masyarakat
mempunyai banyak anggota dengan kualitas pemimpin, organisasi atau bangsa ter-sebut
akan berkembang dan menjadi kuat.
Pemimpin yang melayani adalah pemimpin
yang mau mendengar. Mau mendengar setiap kebutuhan, impian, serta harapan dari
yang dipimpinnya. Pemimpin yang melayani adalah pemimpin yang dapat
mengendalikan ego dan kepentingan pribadinya melebihi kepentingan publik atau
yang dipimpinnya. Mengendalikan ego berarti dapat mengendalikan diri ketika
tekanan atau tantangan yang dihadapi menjadi begitu berat, selalu dalam keadaan
tenang, penuh pengendalian diri, dan tidak mudah emosi.
Sebuah jenis kepemimpinan yaitu Q Leader memiliki 4 makna terkait dengan
kepemimpinan sejati, yaitu:
1.
Q berarti
kecerdasan atau intelligence.
Seperti dalam IQ
berarti kecerdasan intelektual, EQ berarti kecerdasan emosional, dan SQ berarti
kecerdasan spiritual. Q leader berarti seorang pemimpin yang memiliki
kecerdasan IQ, EQ, SQ yang cukup tinggi.
2.
Q leader berarti
kepemimpinan yang memiliki kualitas (quality), baik dari aspek visioner maupun
aspek manajerial.
3.
Q leader berarti
seorang pemimpin yang memiliki qi ( dibaca ‘chi’ dalam bahasa Mandarin yang
berarti kehidupan).
4.
Q keempat adalah
qolbu atau inner self.
Seorang pemimpin
sejati adalah seseorang yang sungguh – sungguh mengenali dirinya (qolbunya) dan
dapat mengelola dan mengendalikannya (self management atau qolbu management).
Menjadi seorang pemimpin Q berarti menjadi seorang pemimpin yang selalu
belajar dan bertumbuh senantiasa untuk mencapai tingkat atau kadar Q
(intelligence-quality-qi-qolbu) yang lebih tinggi dalam upaya pencapaian misi
dan tujuan organisasi maupun pencapaian makna kehidupan setiap pribadi seorang
pemimpin.
Rangkuman kepemimpinan Q dalam 3 aspek penting yang disingkat menajadi 3C,
yaitu :
1.
Perubahan karakter
dari dalam diri (character chage).
2.
Visi yang jelas
(clear vision).
3.
Kemampuan atau kompetensi
yang tinggi (competence).
Ketiga hal tersebut didasari oleh
suatu sikap disiplin yang tinggi untuk senantiasa bertumbuh, belajar serta berkembang
baik secara internal (pengembangan kemampuan intrapersonal, kemampuan teknis,
pengatahuan,dll) maupun dalam hubungannya dengan orang lain (pengembangan
kemampuan interpersonal dan metode kepemimpinan).
Tipe-tipe Kepemimpinan
1. Tipe Otokratik
Semua ilmuan yang berusaha memahami segi
kepemimpinan otokratik mengatakan bahwa pemimpin yang tergolong otokratik
dipandang sebagai karakteritik yang negatif. Dilihat dari persepsinya seorang
pemimpin yang otokratik ialah seseorang yang sangat egois. Seorang pemimpin
yang otoriter akan menujukan sikap yang menonjolkan “keakuannya”.
2. Tipe Laissez Faire
Pemimpin ini berpandangan bahwa umumnya organisasi akan berjalan lancar dengan
sendirinya karena para anggota organisasi terdiri dari orang-orang yang sudah
dewasa yang mengetahui apa yang menjadi tujuan organisasi, sasaran-sasaran apa
yang ingin dicapai, tugas apa yang harus ditunaikan oleh masing-masing anggota
dan pemimpin tidak terlalu sering intervensi.
3. Tipe Paternalistik
Tipe pemimpin paternalistik hanya terdapat di lingkungan masyarakat yang
bersifat tradisional, umumnya dimasyarakat agraris. Salah satu ciri utama masyarakat
tradisional ialah rasa hormat yang tinggi yang ditujukan oleh para anggota
masyarakat kepada orang tua atau seseorang yang dituakan. Pemimpin seperti ini
kebapakan, sebagai tauladan atau panutan masyarakat. Biasanya tiokoh-toko adat,
para ulama dan guru. Pemimpin ini sangat mengembangkan sikap kebersamaan.
4. Tipe Kepemimpinan Militeristik
Tipe kepemimpinan militeristik ini sangat mirip dengan tipe kepemimpinan
otoriter. Adapun sifat-sifat dari tipe kepemimpinan militeristik adalah:
a. Lebih banyak menggunakan sistem perintah/komando, keras dan
sangat otoriter, kaku dan seringkali kurang bijaksana,
b. Menghendaki kepatuhan mutlak dari bawahan,
c. Sangat menyenangi formalitas, upacara-upacara ritual dan
tanda-tanda kebesaran yang berlebihan,
d. Menuntut adanya disiplin yang keras dan kaku dari bawahannya,
e. Tidak menghendaki saran, usul, sugesti, dan kritikan-kritikan
dari bawahannya,
f. Komunikasi hanya berlangsung searah.
5. Tipe Kepemimpinan Demokratis
Kepemimpinan demokratis berorientasi pada manusia dan memberikan bimbingan yang
efisien kepada para pengikutnya. Terdapat koordinasi pekerjaan pada semua
bawahan, dengan penekanan pada rasa tanggung jawab internal (pada diri sendiri)
dan kerjasama yang baik. kekuatan kepemimpinan demokratis tidak terletak pada
pemimpinnya akan tetapi terletak pada partisipasi aktif dari setiap warga
kelompok.
Kepemimpinan demokratis menghargai potensi setiap individu, mau mendengarkan
nasehat dan sugesti bawahan. Bersedia mengakui keahlian para spesialis dengan
bidangnya masing-masing. Mampu memanfaatkan kapasitas setiap anggota seefektif
mungkin pada saat-saat dan kondisi yang tepat.
Contoh Seorang Kepemimpinan Yang Menjunjung Tinggi Kejujuran
Kisah Kejujuran Jendral Polisi Hoegeng
Di Indonesia ini
hanya ada tiga polisi jujur, yakni polisi tidur, patung polisi, dan Hoegeng.
Begitulah setidaknya menurut Abdurahman Wahid alias Gus Dur. Anekdot mantan
presiden RI ini sekaligus sindiran karena hanya Hoegeng satu-satunya polisi
jujur. Tapi, sebenarnya siapa Hoegeng itu?
Hoegeng yang mempunyai nama
lengkap Hoegeng Iman Santoso merupakan Kapolri di tahun 1968-1971. Ia juga
pernah menjabat sebagai Kepala Imigrasi (1960), dan juga pernah menjabat
sebagai menteri di jajaran kabinet era Soekarno. Kedisiplinan dan kejujuran
selalu menjadi simbol Hoegeng dalam menjalankan tugasnya di manapun. Misalnya,
ia pernah menolak hadiah rumah dan berbagai isinya saat menjalankan tugas
sebagai Kepala Direktorat Reskrim Polda Sumatera Utara tahun 1956. Ketika itu,
Hoegeng beserta
keluarganya lebih
memilih tinggal di hotel dan hanya mau pindah ke rumah dinas, jika isinya hanya
benar-benar barang inventaris kantor saja. Semua barang-barang luxs pemberian
itu akhirnya ditaruh Hoegeng dan anak buahnya di pinggir jalan saja. “ Kami tak
tahu dari siapa barang-barang itu, karena kami baru datang dan belum mengenal
siapapun,” kata Merry Roeslani, istri Hoegeng.
Polisi Kelahiran Pekalongan
tahun 1921 ini, sangat gigih dalam menjalankan tugas. Ia bahkan kadang menyamar
dalam beberapa penyelidikan. Kasus-kasus besar yang pernah ia tangani antara
lain, kasus pemerkosaan Sum tukang jamu gendong atau dikenal dengan kasus Sum
Kuning, yang melibatkan anak pejabat. Ia juga pernah membongkar kasus
penyelundupan mobil yang dilakukan Robby Tjahjadi, yang notabene dekat dengan
keluarga Cendana.
Kasus inilah yang kemudian
santer diduga sebagai penyebab pencopotan Hoegeng oleh Soeharto. Hoegeng
dipensiunkan oleh Presiden Soeharto pada usia 49 tahun, di saat ia sedang
melakukan pembersihan di jajaran kepolisian. Kabar pencopotan tersebut diterima
Hoegeng secara mendadak. Kemudian Hoegeng ditawarkan Soeharto untuk menjadi
duta besar di sebuah Negara di Eropa, namun ia menolak. Alasannya karena ia
seorang polisi dan bukan politisi.
“Begitu dipensiunkan, Hoegeng kemudian
mengabarkan pada ibunya. Dan ibunya hanya berpesan, selesaikan tugas dengan
kejujuran. Karena kita masih bisa makan nasi dengan garam,” ujar Roelani. “Dan
kata-kata itulah yang menguatkan saya,” tambahnya.
Hoegeng memang seorang yang sederhana, ia mengajarkan pada istri dan
anak-anaknya arti disiplin dan kejujuran. Semua keluarga dilarang untuk
menggunakan berbagai fasilitas sebagai anak seorang Kapolri. “Bahkan anak-anak
tak berani untuk meminta sebuah sepeda pun,” kata Merry.
Aditya, Reni, dan Ayu, putra
Hoegeng ketika diwawancarai, menceritakan pengalaman berharga mereka ketika
menjadi seorang anak pejabat. Misalnya, Adytia bercerita, ketika sebuah
perusahaan motor merek Lambretta mengirimkan dua buah motor, sang ayah segera
meminta ajudannya untuk mengembalikan barang pemberian itu. “Padahal saya yang
waktu itu masih muda sangat menginginkannya,” kenang Didit.
Reni memiliki cerita lain,
yakni sering sekali terlambat sekolah karena jika terjadi kemacetan di pagi
hari, sang ayah sering turun ke jalan mengatur lalu lintas terlebih dahulu.
Masih banyak kisah-kisah yang sarat makna di ceritakan oleh istri, putra putri
Hoegeng, serta sejumlah temannya. Kisah ketegasan dan kesederhanaan Hoegeng
sebagai seorang pengabdi masyarakat.
Saking jujurnya, Hoegeng baru
memiliki rumah saat memasuki masa pensiun. Atas kebaikan Kapolri penggantinya,
rumah dinas di kawasan Menteng Jakarta pusat pun menjadi milik keluarga
Hoegeng. Tentu saja, mereka mengisi rumah itu, setelah seluruh perabot
inventaris kantor ia kembalikan semuanya.
Memasuki masa pensiun Hoegeng
menghabiskan waktu dengan menekuni hobinya sejak remaja, yakni bermain musik
Hawaiian dan melukis. Lukisan itu lah yang kemudian menjadi sumber Hoegeng
untuk membiayai keluarga. Karena harus di ketahui, pensiunan Hoegeng hingga
tahun 2001 hanya sebesar Rp.10.000 saja, itu pun hanya diterima sebesar
Rp.7500!
Kepada Kick Andy, Aditya
menunjukkan sebuah SK tentang perubahan gaji ayahnya pada tahun 2001, yang
menyatakan perubahan gaji pensiunan seorang Jendral Hoegeng dari Rp. 10.000
menjadi Rp.1.170.000. Setelah memasuki masa pensiun, Hoegeng sempat mengisi
acara di Radio Elshinta, namun tak lama acaranya ditutup karena dianggap
terlalu pedas.
Hoegeng kemudian membesarkan
kembali musik Hawaiian yang terkenal dengan nama “Hawaiian Senior” dan mengisi
acara di TVRI selama 10 tahun. Acara itupun kemudian “dibredel” oleh pemerintah
dengan alasan tidak mencerminkan budaya nasional Indonesia. Hoegeng yang
kemudian bergabung dengan kelompok petisi 50, tampaknya memang memiliki banyak
ganjalan dalam berkiprah di negeri ini.
Musik Hawaiin memiliki makna
tersendiri untuk Merry sang istri. Karena mereka sering bermain musik hawaiin
bersama-sama. Hoegeng sendiri pernah ke Pulau Hawaii dalam rangka tugas, tapi
sang istri yang sangat-sangat ingin pergi ke pulau itu tak pernah diajaknya.
“Kami sudah sepakati bahwa saat Bapak tugas, saya sebagai istri tak perlu
ikut,” ujar Merry yang mengaku memiliki sahabat di Pulau milik Amerika itu.
Merry memang sosok istri yang
tulus. Bahkan mantan ketua YLKI yang juga peneliti bidang kepolisian, Zumrotin
yang hadir di studio, memuji ketulusan sosok Merry yang berbeda dengan
kebanyakan istri pejabat, terutama di masa kini.
Pelajaran
Penting yang dapat Dipetik dari kisah ini adalah "Kenikmatan Yang Tertunda”
dan “Sengsara Membawa Nikmat”. Mengapa demikian? Setelah mengalami
“pendzoliman” oleh pihak-pihak yang merasa terganggu dengan niat, pikiran dan tindakan
(Heart, Head & Hand) untuk memerangi kejahatan dan kemaksiatan, akhirnya
almarhum Jendral Hoegeng, keluarga serta sahabat dekat yang satu visi mendapat
tempat istimewa di hati masyarakat. Bahkan istri dan keluarganya bisa berangkat
ke Hawaii, tempat yang diidamkannya bersama almarhum Jendral Hoegeng, dengan
sumbangan dari para donor yang bersimpati dan berterima kasih kepada beliau.
Kisah
ini sangat menarik dan perlu diceritakan, agar banyak pihak terbuka matanya
bahwa di negeri ini ada sebuah ironi. Ironi kehidupan seorang pejabat yang
jujur dan seorang istri yang tabah. Walaupun sebagai seorang pejabat beliau
bisa saja memanfaatkan segala fasilitas yang diberikan oleh kantor, namun beliau
menolaknya.
Hoegeng memang seorang yang
sederhana, ia mengajarkan pada istri dan anak-anaknya arti disiplin dan
kejujuran. Ya, di jaman sekarang ini disiplin dan
kejujuran sudah sulit dijumpai, maka dari itu kisah ini dapat menjadi inspirasi
bagi generasi-generasi saat ini agar tidak tergoda harta dan jabatan. Percayalah
kekayaan sekarang hanya untuk mengobati penyakit dimasa mendatang.
Sumber :
5. Serta beberapa sumber lainnya.