Bingung jika
saya ditanya alat transportasi apa yang saya sukai, sejujurnya alat
transportasi yang saya suka adalah bus, sejak kecil saya sering sekali
main-mainan berbentuk bus. Tetapi dalam cerita ini saya tidak akan membahas
bus, karena ada satu lagi pengalaman yang bias dibilang menyenangkan tetapi
dalam suasana duka. Ya, itu adalah kenangan yang paling saya ingat ketika saya
menaiki suatu alat transportasi yang namanya Pesawat Terbang, karena baru
pertama kalinya itu saya naik.
Kejadiannya itu
pada tahun 2010, tepatnya lagi pada tanggal 29 maret 2010. Seminggu sebelum
saya ke Jakarta saya di telpon kakak saya untuk berkunjung kerumahnya untuk
refreshing sekalian untuk mengambil barang yang akan dibawa pulang ke kampong
halaman sebelum acara pernikahan kakak saya tersebut tepatnya pada hari sabtu
tanggal 27 maret, sore itu saya berangkat ke Jakarta sendirian, saya naik bus
dari terminal umum Purwodadi menuju Jakarta. Tiba di Jakarta jam 5 subuh saya
dijemput kakak saya di terminal Lebak Bulus. Setibanya dirumah saya langsung
mandi kemudian sarapan.
Setelah itu
mengepak barang-barang yang akan saya bawa pulang nanti. Hari minggunya saya
sudah selesai packing barang kakak saya yang akan saya bawa, tadinya minggu
sorenya itu saya mau langsung pulang, tapi kakak saya bilang nanti saja
pulangnya kan baru kemaren sampai. Kemudian seninnya saya merasa perasaan ingin
pulang itu begitu kuat, entah darimana perasaan itu yang pasti saya mau senin
itu harus pulang, tapi pagi itu lagi-lagi kakak saya berkata, besok saja selasa
pulangnya. Kemudian kakak saya pagi itu berangkat ke kantor, dan saya pun jaga
rumah sama supir keluarga yang diikuti kakak saya itu.
Setelah siangnya
kira-kira jam 11-an saya mendapat telpon dari kakak saya yang mengabarkan kalau
kakek saya meninggal dunia, saya pun kaget karena hari jum’atnya beliau masih
sehat wal’afiat menghadiri pernikahan anaknya tante saya. Kemudian saya disuruh
berkemas-kemas tanpa membawa barang yang rencananya akan saya bawa tersebut.
Setelah itu saya disuruh pergi ke kantor kakaknya saya di daerah Blok M. saya
diantarkan oleh mas Rudi orang rumah dimana tempat kakak saya berada. Setelah
sampai di kantor kakak saya, lantas kami pun langsung mencari taksi menuju ke
bandara Soekarno-Hatta menuju ke Semarang.
Setelah dapat taksinya
langsunglah kami bergegas menuju bandara Soetta. Tiba di bandara kira-kira
jam12:15 siang, kemudian kakak saya langsung membeli tiket pesawat maskapai
“Lion Air” yang kurang lebih 1 tiketnya seharga Rp 700.000,- . setelah dapat
tiketnya kami pun langsung menunggu jadwal keberangkatan pesawat jam 14.00,
otomatis kami masih menunggu 1 jam lebih, disitu kami berharap-harap cemas
semoga kami tidak telat di acara prosesi pemakaman kakek saya.
Akhirnya setelah
menunggu 1 jam lebih, akhirnya pesawat yang akan membawa kami ke Semarang pun
telah siap. Lalu kami bergegas naik pesawat tersebut. Awal pertamanya sih tidak
bias membayangkan bisa naik pesawat hari itu. Setelah semua penumpang masuk
pesawat pun mulai melaju dan menambah kecepatannya. Pesawatpun terbang
ngengitari bandara dulu sebelum akhirnya mengarah ke semarang. Nah, di dalam
pesawatnya itu rasanya deg-degan, ada rasa takut jatuh tapi juga ada rasa
senang, campur aduk deh pokoknya. Yang paling berkesan adalah ketika pesawat
melewati awan, rasanya seperti saat kita melewati jalan yang rusak, getarannya
kencang sekali membuat saya sedikit cemas. Kemudian ketika pesawat bermanuver
menghindari awan, sudah seperti saat naik halilintar berasa pusing deh
pokoknya.
Setelah 45 menit
mengudara akhirnya sampai juga di Semarang. Terlihat cuacanya mendung, kemudian
kami langsung mencari taksi menuju ke Purwodadi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar