Laman

Jumat, 26 April 2013

Praktek Perdukunan di Era Globalisasi


Dukun dalam bahasa Arab disebut Kahin dan tukang ramal disebut 'Arraf. Pengertian 'Arraf (tukang ramal) merupakan orang yang mengaku mengetahui kejadian yang telah lewat, yang bisa menunjukan barang yang dicuri atau tempat hilangnya suatu barang. Pengertian Kahin (dukun) adalah: orang yang memberitakan hal-hal yang ghaib yang akan terjadi atau sesuatu yang terkandung di hati. Jadi dalam istilah kita dukun dan tukang ramal adalah orang yang mengaku mengetahui kejadian yang akan datang baik itu kabar baik atau jelek, dapat menunjukan barang yang dicuri atau tempat kehilangan suatu barang dan tahu hal-hal yang ghaib serta sesuatu yang ada dalam hati.

Globalisasi adalah proses penyebaran unsur-unsur baru khususnya yang menyangkut informasi secara mendunia melalui media cetak dan elektronik. Khususnya, globalisasi terbentuk oleh adanya kemajuan di bidang komunikasi dunia. Ada pula yang mendefinisikan globalisasi sebagai hilangnya batas ruang dan waktu akibat kemajuan teknologi informasi.

Dalam era globalisasi saat ini, persaingan semakin ketat baik di dalam maupun luar negeri. Kata "Dukun" sepertinya sudah tidak asing lagi didengar oleh kita. Dari kalangan atas sampai bawah pasti mengetahui atau bahkan percaya akan "kekuatan" supranatural dari seorang dukun yang pernah seseorang datangi, tidak sedikit pula yang tidak percaya akan hal-hal semacam itu.

Pada pembahasan masalah ini, apasih arti dukun atau perdukunan itu?. Menurut sejarah, dukun sama dengan dokter, psikiater, pengamat politik, pengaman kebudayaan, ahli alam dan cendekiawan zaman dahulu di Indonesia.

Dalam zaman sekarang dukun sudah di ibaratkan seperti dokter dan guru sepiritual, karena setiap mereka-mereka yang percaya pada dukun saat merasa sakit atau gagal pasti mereka akan pergi ke dukun dan meminta bantuan kepada mereka, yang kemudian si pasian akan membayar ongkos pada dukun tersebut. sedangkan perdukunan sumbernya bisa bermacam-macam, dari puasa, meditasi, bertapa atau datang sendiri (tiban) serta adanya barang-barang gaib seperti keris, permata dan sebagainya. Sukar untuk membedakan antara yang benar dan yang batal karena sama-sama mujarab atau dapat menunjukkan dan menyembuhkan segala penyakit. Seperti sulitnya membedakan antara anak hasil Nikah (benar menurut agama) dan anak hasil Zinah (salah menurut agama/suruhan setan/iblis), sehingga kelihatannya hampir sama.

Pada zaman walisongo dahulu, dukun di Indonesia jika ingin menyembuhkan atau menyelesaikan suatu permasalahan selalu bertapa/berdo'a untuk meminta petunjuk dari Tuhan, baru setelah itu berbicara atau mencoba untuk menyembuhkan penyakit tersebut. Tapi kenyataannya yang terjadi saat ini adalah, bisa dilihat bahwa dukun tidak pernah meminta petunjuk Tuhan, tapi menggunakan ilmu Jin/Setan yang membuat perdukunan menjadi disalah-artikan.

Dukun dalam Islam memiliki artian orang yang mengetahui hal-hal gaib. (Mu'jam Wasith, 2/803). Dalam Syarh Shahih Muslin (5/22) Imam Nawawi menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan (kahin/'arraf) adalah Orang yang mengaku mengetahui peristiwa yang akan terjadi, rahasia-rahasia gaib dan keberadaan benda-benda yang hilang atau dicuri. Maka siapa saja yang kriterianya seperti tadi, apapun lebel dan jabatannya, ia termasuk dukun yang dilaknat oleh agama Islam.

Di Negara lain pun terdapat dukun hanya namanya saja yang berbeda lebih menggunakan kata modern, mereka menyebutnya "Paranormal". Di Indonesia sendiri kini nama tersebut sudah banyak digunakan untuk "Dukun Kelas Atas" yang tidak ingin disebut sebagai "Dukun", padahal artinya sama saja, hanya namanya yang berbeda. Istilah paranormal sebenarnya berarti sesuatu yang tidak dapat dijelaskan secara ilmiah atau ghaib serta dapat pula disebut seseorang yang mempunyai kemampuan untuk memahami, mengetahui serta mempercayai hal-hal yang tidak dapat dijelaskan secara ilmiah. Istilah supranatural sangat erat kaitannya dengan paranormal. Yakni sebuah istilah yang berarti tidak dapat dijelaskan secara ilmiah dan rasional.

Ada 3 istilah yang memiliki konotasi yang berbeda untuk konteks yang mirip dengan dukun, paranormal dan praktisi supranatural tersebut, yaitu witch atau tukang sihir, phsychic atau cenayang dan voodoo atau dukun ilmu hitam. Dapat terlihat bahwa tidak hanya di Indonesia saja terdapat praktik perdukunan. Praktek Perdukunan seperti sudah menjadi sesuatu yang "Lazim" dan tidak dianggap tabu lagi untuk diperbincangkan bahkan dipraktikan tidak sesuai dengan ajaran yang telah ditentukan/melenceng dari arti dan fungsi sebenarnya. Praktik dukun ini dicatat dapat menghasilkan uang/pendapatan yang besarnya tidak masuk akal hanya dengan memberi pendapat/nasihat yang belum tentu benar terjadi.

Jika orang-orang di era modern yang menuju era globaliasi ini sudah tidak berfikir secara logis lagi, merekapun akan berpikiran, “Buat apa bekerja keras kalau hanya memberikan nasihat kepada orang lain sudah mendapatkan banyak uang ?” hal itulah yang harus kita hindari pada masa-masa sekarang ini, agar kita tidak terjerumus dalam hal-hal negatif tersebut.

Sumber :
http://indonesiiaku.blogspot.com/2013/04/perdukunan-dalam-era-globalisasi.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar